Tugas BI Mei

TUGAS BAHASA INDONESIA 2 (BULAN MEI)

OLEH DIAH EKANINGTYAS (18110052)

 

 

  1. 1.      GOOGLE: KORPUS RAKSASA SANDING KATA DALAM PEMELAJARAN DAN PENGAJARAN BIPA
    1. 1). Gagasan – gagasan Dasar

Makalah Google: Korpus Raksasa Sanding Kata Dalam Pemelajaran Dan Pengajaran Bipa memiliki beberapa gagasan dasar yaitu :

–     Penerapan teknologi informasi dalam pembelajaran BIPA;

–     Peningkatan efektifitas penemuan kata sanding bagi pemelajar BIPA;

–     Penggunaan Google sebagi Korpus Raksasa Sanding kata.
2). Analisis Pengungkapan Gagasan :

Dalam mengungkapkan gagasan penulis menggunakan bentuk eksposisi dengan gaya bahasa informal(bahasa popular), namun terdapat beberapa kalimat tidak baku, dan kalimat yang kurang efektif, sehingga banyak pengulangan kata dalam makalah tersebut. Alur pikir penulis dapat diikuti dan dimengerti oleh pembaca. Namun, penulis menggunakan beberapa kata yang kurang umum bagi pembaca awam seperti : pemelajar, berterima, pejanan dan simpulan. Berikut beberapa contoh kalimat tidak baku, dan kalimat yang kurang efektif dalam makalah dimaksud :

Kalimat tidak baku     : “Penggunaan mesin pencari Google dapat menyiapkan pemelajar BIPA dengan informasi mengenai calon sanding kata yang dapat dipilih”.

Mungkin akan lebih baik jika kalimatnya menjadi :

“Penggunaan mesin pencari Google dapat membantu pemelajar BIPA mencari informasi calon kata sanding yang dapat dipilih”.

Kalimat kurang efektif  : “Hasil pencarian dengan hasil angka terbanyak menyarankan bahwa sanding kata tersebut kemungkinan besar dapat bersanding secara wajar”.

Kalimat tersebut menjadi sulit untuk dipahami.

Mungkin akan lebih baik jika kalimatnya menjadi :

“Hasil pencarian dengan angka terbanyak dapat memberikan kemungkinan kata sending yang dapat digunakan dengan wajar”.

  1.  Analisis Laporan/Makalah :

1.)    Bahasa yang digunakan dalam makalah ini adalah bahasa popular yang menggunakan kalimat tidak efektif dan kalimat tidak baku seperti yang terdapat dalam simpulan dan saran.

2.)    Dalam makalah ini, pendahuluan sudah menjabarkan secara detail masalah yang akan dibahas dalam makalah tersebut. Terdapat kelengkapan dan kesesuaian bagian inti dengan pendahuluan. Pada bagian penutup dijelaskan solusi bagi masalah yang disampaikan pada bagian pendahuluan sehingga terdapat kesesuaian antara pendahuluan dengan penutup.

3.)    Teknik penulisan laporan ini tidak sesuai dengan kaidah, yaitu tidak terdapat penomoran judul dan sub sub judul serta penanda peringkat – peringkatnya. Selain itu, penulis tidak memeberikan nomor dan keterangan pada gambar yang disajikan. Rujukan dan daftar pustaka telah dituliskan dengan tepat.

4.)    Opini saya : “Penggunaan Google memang dapat membantu pemelajar BIPA dalam mencari kata sanding yang tepat dalam merangkai suatu kalimat yang wajar, namun hal ini masih perlu di kembangkan dengan kebakuan penggunaan kata, sehingga selain diperioleh kata yang wajar juga diperoleh kata yang baku dan sesuai kaidah Bahasa Indonesia”.

  1. 2.      SUATU MODEL KAIDAH PEMENGGALAN SUKU PERTAMA PADA KATA BAHASA INDONESIA: KASUS PADA HURUF AWAL B
    1. 1). Gagasan – gagasan Dasar

Gagasan Dasar yang disampaikan dalam Laporan ini adalah Penggunaan Komputer sebagai alat penerjemah.
2). Analisis Pengungkapan Gagasan :

Dalam mengungkapkan gagasan penulis menggunakan bentuk disposisi.

  1. Analisis Laporan/Makalah

1.)    Bahasa yang digunakan dalam makalah ini adalah bahasa ilmiah. Penulis menjelaskan secara detail latar belakang penelitian dengan menggunakan bahasa ilmiah yang mengacu ke beberapa referensi yang jelas. Masalah, tujuan, isi dan penutup dipaparkan dengan bahasa ilmiah.

2.)    Pendahuluan makalah ini telah mencakup latar belakang, masalah dan tujuan sebagai berikut :

“Penelitian ini akan membahas pengenalan kata. Pengenalan kata demikian berguna pada olah kata (wordprocessing) di dalam komputer. Melalui kaidah tertentu, pengenalan kata ini dapat digunakan untuk pemeriksaan betul-tidaknya ejaan dan bahkan lebih jauh lagi sampai ke pemeriksaan betul-tidaknya tata bahasa. Diharapkan hasil penelitian ini dapat diteruskan dan digunakan untuk penelitian lebih lanjut seperti penelitian stemmer dengan pemenggalan kata sehingga tidak terjadi overstemming atau understemming. Pemenggalan kata dapat memberikan informasi tempat bagian kata tersebut dipotong.”

Bagian inti menjelaskan lebih detail masalah yang telah disebutkan pada bagian pendahuluan dan memberikan teori penyelesaiannya, sehingga terdapat kelengkapan dan kesesuaian bagian inti dan pendahuluan.

Bagian Penutup tidak lengkap, tidak terdapat rangkuman hasil pembahasan dan saran. Penulis tidak menjelaskan bagaimana penelitian ini dapat menjawab tujuan dan masalah yang telah dipaparkan pada bagian pendahuluan sehingga tidak terdapat kelengkapan dan kesesuaian bagian penutup dan pendahuluan.

3.)    Teknik penulisan yang digunakan dalam makalah ini hampir benar. Beberapa kesalahan yang ada dalam makalah ini yaitu, penulisan judul abstrak seharusnya ditengah, penulisan keterangan tabel seharusnya sejajar dengan tabel(rata kiri).

Penulisan Rujukan/daftar pustaka sudah sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Opini saya : Penulis tidak mengerucutkan masalah yang akan dibahas pada makalah dalam bagian pendahuluan, namun justru memaparkan teori. Hal ini menyulitkan pembaca mengaitkan latar belakang maslah dan pembahasan. Isi pembahasan yang dipaparkan penulispun terpotong – potong dan bukan merupakan rangkaian yang utuh. Sehingga dibagian penutup kesimpulan yang dihasilkan tidak dapat menjawab masalah yang disampaikan (tidak terdapat solusi). Penyampaian abstrak dalam bahasa asing juga menyulitkan pembaca, dan akan lebih baik jika abstrak ditulis dalam dua bahasa.

Tugas BI April 2

SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KESISWAAN LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR DENGAN MENERAPKAN REPLIKASI DAISY-CHAIN

 

Diah Ekaningtyas

ABSTRAK

Penggunaan sistem konvensional dalam melakukan pencatatan data administrasi kesiswaan meupakan salah satu masalah administrasi suatu Lembaga Bimbingan Belajar. Selain itu, tidak adanya penyalinan dan pendistribusian data antar kantor cabang menyebabkan pencatatan administrasi kesiswaan sulit dilakukan pada kantor cabang yang tidak menyimpan data siswa tertentu. Kesulitan pencatatan, pencarian, pembaharuan data administrasi kesiswaan disertai meningkatnya jumlah siswa mengharuskan Lembaga Bimbingan Belajar menggunakan sistem terkomputerisasi dengan basis data terdistribusi, sehingga saat server mati, client masih dapat menggunakan basis data lokalnya.

Dengan aplikasi berbasis repikasi ini diharapkan dapat memudahkan pencatatan, pencarian dan pembaharuan data administrasi kesiswaan. Sistem juga dapat melakukan penyalinan dan pendistribusian data, sehingga setiap kantor cabang memiliki salinan data yang sama serta dapat mencegah data hilang atau rusak.

Kata kunci : Administasi siswa, sistem, replikasi.

1. PENDAHULUAN

Pencatatan administrasi kesiswaan pada Lembaga Bimbingan Belajar biasanya dilakukan secara manual (metode konvnsional) yaitu dengan menggunakan kertas formulir, kemudian beberapa data yang dibutuhkan disalin ke dalam komputer. Demikian pula proses pencatatan administrasi. Proses pencatatan administrasi dilakukan pada kertas kuitansi. Daftar biaya transport dan daftar biaya paket bimbingan yang menjadi acuan ditulis pada kertas. Hal tersebut menyebabkan data menjadi mudah rusak bahkan  hilang. Pencarian data dan  pembaharuan(update) data juga menjadi lebih sulit, karena data yang tersimpan tidak terstruktur dengan baik. Selain itu, pendaftaran ulang untuk memperpanjang status bimbingan belajar cukup merepotkan. Siswa harus mendaftar ulang pada kantor cabang yang menyimpan datanya.

Pada saat siswa melakukan pendaftaran ulang pada kantor cabang lain yang tidak menyimpan datanya, maka proses pendaftaran ulang menjadi lama. Administrator officer harus melakukan pengecekan pada kantor yang menyimpan data siswa tersebut melalui telephon. Jika data sudah didapatkan maka pendaftaran ulang dapat dilakukan. Proses pendaftaran ulang masih dilanjutkan dengan menyerahkan secara manual data pendaftaran ulang pada kantor yang menyimpan data siswa tersebut. Keseluruhan proses itu dapat terjadi disebabkan data yang tersimpan tidak disalin pada kantor cabang yang lain. Hal tersebut dikarenakan penyalinan dan pendistribusian data setiap hari pada setiap kantor cabang membutuhkan banyak media penyimpanan, waktu, dan tenaga. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan adanya sistem yang dapat menyimpan data administrasi kesiswaan, dan membuat salinan basis datanya serta menyebarkan salinan tersebut pada setiap kantor cabang LBB yang bersangkutan.

Adapun tujuan dibuatnya sistem ini adalah 1). Untuk memudahkan pencatatan data administrasi kesiswaan; 2). Memudahkan pencarian data administrasi kesiswaan; 3). Memudahkan pembaharuan, penyalinan, dan pendistribusian data pada setiap kantor cabang; 4). Memudahkan customer (siswa) untuk memperpanjang status bimbingan, karena dapat dilakukan pada setiap kantor cabang; 5). Data menjadi ter-backup sehingga memperkecil kemungkinan data hilang ataupun rusak.

2. PEMBAHASAN

Pada setiap kantor cabang suatu Lembaga Bimbingan Belajar masih  menggunakan cara manual untuk melakukan pendataan siswa dan pencatatan administrasi siswa, yaitu dengan menggunakan kertas (formulir pendaftaran) yang disimpan secara acak. Penyimpanan data siswa yang tidak terstruktur menyulitkan pencarian dan pembaharuan data, sehingga sebagian besar data yang tersimpan tidak mengalami pembaharuan data, seperti data tingkatan kelas dan alamat. Demikian pula proses pencatatan administrasi siswa. Administrator Officer harus mencari daftar biaya paket bimbingan dan daftar biaya transport yang dikenakan pada siswa untuk membuat bukti pembayaran. Salinan bukti pembayaran disimpan sebagai dokumentasi data administrasi.

Selain itu, penyimpanan data administrasi kesiswaan pada masing-masing kantor yang terpisah, mengakibatkan tidak ada back-up data siswa, sehingga tidak ada komunikasi data antar kantor cabang. Hal ini menyulitkan siswa untuk melakukan pendaftaran ulang dan memperpanjang status bimbingan belajarnya. Selain itu, pembuatan laporan juga masih dilakukan dengan cara manual yaitu dengan memasukkan data secara manual pada aplikasi Office yang kemudian disusun menjadi laporan.

2.1. Kebutuhan Fungsional

Dari uraian diatas, Lembaga Bimbingan Belajar memerlukan sebuah sistem yang menghubungkan data pada setiap kantor cabang dalam melakukan pencatatan administrasi kesiswaan sehingga terjadi komunikasi data pada setiap kantor cabang. Sistem Informasi Administrasi Kesiswaan yang akan dikembangkan memiliki spesifikasi sebagai  berikut:

  1. Dapat melakukan pendataan siswa dan pencatatan administrasi siswa, paket program, serta biaya transport.
  2. Dapat digunakan untuk pencarian data siswa berdasarkan status keaktifan, berdasarkan paket program, dan berdasarkan nama siswa.
  3. Dapat digunakan untuk pencarian data orangtua siswa, data paket dan data transport.
  4. Dapat digunakan untuk memperbaharui data siswa(update) seperti tingkatan kelas, alamat, dan status bimbingan belajar.
  5. Dapat digunakan menghitung biaya administrasi siswa dan mencetak bukti pembayarannya.
  6. Dapat menghasilkan laporan antara lain:
    1. Laporan siswa baru pada periode tertentu
    2. Laporan siswa aktif, dan
    3. Laporan Pemasukan Bulanan berdasarkan periode tertentu.
  7. Dapat melakukan penyalinan data administrasi kesiswaan dari suatu kantor cabang dan mendistribusikannya ke setiap kantor cabang yang lain.

2.2. Kebutuhan Non-Fungsional

            Data siswa, data orantua siswa, data biaya paket, dan data biaya transport tidak dapat dihapus. Data tersebut digunakan sebagai dokumentasi. Akan tetapi, data tersebut dapat ditambah dan diperbaharui. Berbeda dengan data administrasi siswa, data administrasi siswa dapat dihapus setelah 1 bulan data disimpan.

Selain itu, pengguna sistem dibatasi. Sistem hanya digunakan oleh Manajer Administrator, dan Administrator Officer. Direktur hanya menerima hasil dari sistem yang berupa laporan. Laporan dibuat oleh Adminitrator Officer berdasarkan periode tertentu. Agar sistem hanya dapat diakses oleh pihak-pihak tersebut maka penggunaan sistem akan dibatasi dengan login.

2.3. Pemecahan Masalah

Guna mengatasi masalah yang timbul dan memenuhi kebutuhan tersebut dirancang suatu sistem dengan menggunakan replikasi daisy chain. Sistem merupakan kumpulan elemen-elemen yang saling terkait dan bekerja sama untuk memproses masukan (input) yang ditujukan kepada sistem tersebut dan mengolah masukan tersebut sampai menghasilkan keluaran (output) yang diinginkan (Kristanto, 2003). Replikasi adalah proses membuat dan mengatur versi duplikasi sebuah basisdata. Replikasi tidak hanya menyalin basisdata, namun juga mensinkronkan sejumlah salinan sehingga merefleksikan perubahan yang telah dibuat.
Keunggulan teknik ini adalah kemampuannya yang memungkinkan banyak pengguna bekerja pada salinan lokal basisdata yang terupdate jika sedang bekerja pada basisdata tunggal yang terpusat. Replikasi merupakan cara yang efisien mengakses basisdata pada aplikasi basisdata yang penggunanya tersebar secara geografis(MySQL,1997).

2.3.1 Perancangan Sistem

Berdasarkan perancangan proses tersebut diatas, maka diagram konteks Sistem Informasi Administrasi Kesiswaan tersebut ditunjukkan seperti gambar 1 berikut.

Gambar1. Diagram Konteks SI Administrasi Kesiswaan

            Gambar1 menunjukkan aliran data dari entitas ke dalam maupun yang keluar dari sistem. Manajer Administrator dan Administrator Officer memasukkan data pengguna dan data login untuk dapat menggunakan sistem. Setelah mendapatkan info valid login barulah keduanya dapat menggunakan sistem. Manajer Administrator memasukkan data paket dan data transport ke dalam sistem dan memperoleh daftar paket, daftar transport, info paket, info transport dan laporan siswa aktif. Entitas Administrator Officer memasukkan data siswa, data ortu dan data administrasi siswa kedalam sistem, kemudian Administrator Officer mendapat daftar siswa, daftar ortu, daftar paket, daftar transport, daftar administrasi siswa, bukti pembayaran. Administrator Officer juga memasukkan data periode untuk parameter pembuatan laporan.Entitas Direktur akan menerima laporan siswa baru, laporan siswa aktif, dan laporan pemasukan bulanan per periode tertentu.

Proses-proses yang terjadi di dalam sistem akan digambarkan pada DAD level 0, level 1, level 2  dan seterusnya.

2.3.2 Perancangan Replikasi

Berdasarkan hasil analisis, sistem ini harus dapat melakukan penyalinan basis data dan mendistribusikan pada cabang yang lain. Untuk dapat melakukan penyalinan data dan pendistribusian data pada setiap cabang, basisdata sistem informasi ini akan direplikasikan. Keadaan cabang-cabang yang terpisah secara geografis dan adanya server pada setiap cabang membuat model replikasi daisy-chain atau replikasi melingkar cocok dilakukan pada Sistem Informasi Administrasi Kesiswaan. Replikasi daisy-chain ini dapat menjadikan setiap server pada cabang sebagai master sehingga dapat mengupdate tanpa mengalami beban latency yang besar.

Perancangan replikasi untuk server pada kantor cabang dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel1.  Rancangan replikasi

No Cabang Alamat kantor ID Server
Cabang1 Jalan Bumijo Tengah No.21 (Selatan SD Tarakanita), Yogyakarta 1
Cabang2 Jalan Dagen No.57 (Depan SMP Stella Duce), Yogyakarta 2
Cabang3 Jalan Wilis No.3, Griya Arya Permai 3

Gambaran perancangan replikasi yang berupa replikasi melingkar (daisy chain replicaion) untuk Lembaga Bimbingan Belajar dapat dilihat pada gambar 2.

Cabang 3

Cabang 2

Cabang 1

Gambar2. Rancangan Replikasi Daisy Chain

3. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Dari laporan ini dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:

  1. Sistem Informasi Administrasi Kesiswaan Privasi berhasil dibangun dengan menggunakan Borland Delphi 7 dan basis data Mysql Server 5.
  2. Replikasi daisy chain berhasil diterapkan pada Sistem Informasi Administrasi Kesiswaan sehingga sistem dapat melakukan live-backup.
  3. Sistem Administrasi Kesiswaan mampu menangani hal-hal berikut:
    1. Pencatatan data administrasi kesiswaan.
    2. Pencarian data administrasi kesiswaan
    3. Penyalinan dan pembaharuan data pada setiap cabang.
    4. Penyalinan data pada setiap cabang menjadi lebih mudah dengan pemanfaatan replikasi pada Sistem Informasi Administrasi Kesiswaan.
    5. Dengan penyalinan data pada setiap cabang maka proses pembaharuan status bimbingan belajar dapat dilakukan pada setiap cabang Lembaga Bimbingan Belajar.

3.2 Saran

Agar sistem menjadi lebih baik, saran dari penulis adalah :

  1. Sebaiknya pada setiap cabang ditambahkan minimal satu client yang akan menyalin data dari server tersebut.
  2. Sistem Administrasi Kesiswaan ini hendaknya dikembangkan lagi sehingga diharapkan proses administrasi kesiswaan dapat dilakukan secara online oleh siswa langsung ke Lembaga Bimbingan Belajar.
  3. Sistem Administrasi Kesiswaan ini hendaknya dipadukan dengan system informasi kepegawaian sehingga pengguna system benar – benar dibatasi untuk Administratr Officer dan Manajer Administrator.

Tugas BI April

TUGAS BAHASA INDONESIA 2 (BULAN APRIL)

OLEH DIAH EKANINGTYAS  

  1. 1.      PENGGUNAAN WEB BLOG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATA KULIAH PARAGRAPH-BASED WRITING
    1. 1). Gagasan – gagasan Dasar

Makalah Penggunaan Web Blog Sebagai Media Pembelajaran Mata Kuliah Paragraph-Based Writing memiliki beberapa gagasan dasar yaitu :

–     Peningkatan efektifitas dan efisiensi pembelajaran Paragraph-Based Writing menggunakan Web Blog;

–     Pengurangan penggunaan kertas sebagai media pembelajaran;

–     Pempublikasian karya mahasiswa melalui internet;

–     Penerapan Teknologi Informasi melalui pembelajaran elektronik.
2). Analisis Pengungkapan Gagasan :

Dalam mengungkapkan gagasan penulis menggunakan bentuk eksposisi, namun banyak terdapat kalimat tidak baku, kalimat tidak teratur dan kalimat yang kurang efektif, sehingga banyak pengulangan kata dalam makalah tersebut. Selain itu, bahasa yang digunakan merupakan bahasa popular dan bukan merupakan bahasa ilmiah. Berikut beberapa contoh kalimat tidak baku, kalimat tidak teratur dan kalimat yang kurang efektif dalam makalah dimaksud :

Kalimat tidak baku     : “Penelitian ini diajukan dengan didasarkan pada 2 asumsi sehubungan dengan kelemahan metode pembelajaran di atas”.

Kalimat tidak teratur : “Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, diperoleh fakta bahwa sebagian besar mahasiswa sangat antusias dalam penggunaan web blog sebagai media pembelajaran PBW, praktis, efektif, efisien dan menyenangkan”.

Kalimat kurang efektif  : “Melalui materi dan teori perkuliahan, koreksi intensif dan evaluasi yang intens dilakukan melalui media web blog”.

  1.  Analisis Laporan/Makalah :

1.)    Bahasa yang digunakan dalam makalah ini adalah bahasa popular yang menggunakan kalimat tidak teratur dan kalimat tidak baku seperti yang terdapat dalam latar belakang, masalah, tujuan, isi dan penutup. Beberapa contoh penggunaan kalimat tidak teratur dan kalimat tidak baku adalah sebagai berikut :

Latar Belakang         :  “metode pembelajaran seperti ini tidak membutuhkan alat bantu lain selain kertas sehingga terkadang menimbulkan kebosanan;

Masalah                   :  “Ada 2 rumusan masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini, yaitu bagaimanakah penggunaan web blog sebagai sebuah metode pembelajaran dan seefektif mana media web blog membantu perkuliahan mata kuliah Paragraph-based Writing”;

Tujuan                      :  “mendeskripsikan bagaimana penggunaan web blog dan mengidentifikasi efektivitas penggunaan media tersebut sebagai sebuah metode pembelajaran mata kuliah PBW”;

Isi                              :  “Keefektivitasan penggunaan web blog sebagai media pembelajaran mata kuliah Paragraph-based Writing dapat dilihat pula melalui hambatan yang mungkin dijumpai mahasiswa selain sistem yang eror dan koneksi yang kurang mendukung”;

Penutup                    :  “Produk-produk tulisan mahasiswa yang dapat diakses melalui blog mereka membuktikan keberhasilan dari penggunaan media web blog dalam perkuliahan PBW”

2.)    Dalam laporan ini, pendahuluan mencakup latar belakang, masalah dan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut. Terdapat kelengkapan dan kesesuaian bagian inti dengan pendahuluan. Pada bagian penutup membahas hambatan penggunaan internet sebagai media web blog, namun hambatan tersebut tidak disinggung sebagai masalah dalam pendahuluan.

3.)    Teknik penulisan laporan ini tidak sesuai dengan kaidah, yaitu tidak terdapat penomoran judul dan sub sub judul serta penanda peringkat – peringkatnya. Rujukan dan daftar pustaka telah dituliskan dengan tepat. Penyajian gambar dan keterangannya kurang tepat. Seharusnya gambar dan keterangan diletakkan di tengah (center text).

  1. 2.      SUATU MODEL KAIDAH PEMENGGALAN SUKU PERTAMA PADA KATA BAHASA INDONESIA: KASUS PADA HURUF AWAL B
    1. 1). Gagasan – gagasan Dasar

Gagasan Dasar yang disampaikan dalam Laporan ini adalah Penggunaan Komputer sebagai alat penerjemah.
2). Analisis Pengungkapan Gagasan :

Dalam mengungkapkan gagasan penulis menggunakan bentuk disposisi.

  1. Analisis Laporan/Makalah

1.)    Bahasa yang digunakan dalam makalah ini adalah bahasa ilmiah. Penulis menjelaskan secara detail latar belakang penelitian dengan menggunakan bahasa ilmiah yang mengacu ke beberapa referensi yang jelas. Masalah, tujuan, isi dan penutup dipaparkan dengan bahasa ilmiah.

2.)    Pendahuluan makalah ini telah mencakup latar belakang, masalah dan tujuan sebagai berikut :

“Penelitian ini akan membahas pengenalan kata. Pengenalan kata demikian berguna pada olah kata (wordprocessing) di dalam komputer. Melalui kaidah tertentu, pengenalan kata ini dapat digunakan untuk pemeriksaan betul-tidaknya ejaan dan bahkan lebih jauh lagi sampai ke pemeriksaan betul-tidaknya tata bahasa. Diharapkan hasil penelitian ini dapat diteruskan dan digunakan untuk penelitian lebih lanjut seperti penelitian stemmer dengan pemenggalan kata sehingga tidak terjadi overstemming atau understemming. Pemenggalan kata dapat memberikan informasi tempat bagian kata tersebut dipotong.”

Bagian inti menjelaskan lebih detail masalah yang telah disebutkan pada bagian pendahuluan dan memberikan teori penyelesaiannya, sehingga terdapat kelengkapan dan kesesuaian bagian inti dan pendahuluan.

Bagian Penutup tidak lengkap, tidak terdapat rangkuman hasil pembahasan dan saran. Penulis tidak menjelaskan bagaimana penelitian ini dapat menjawab tujuan dan masalah yang telah dipaparkan pada bagian pendahuluan sehingga tidak terdapat kelengkapan dan kesesuaian bagian penutup dan pendahuluan.

3.)    Teknik penulisan yang digunakan dalam makalah ini hampir benar. Beberapa kesalahan yang ada dalam makalah ini yaitu, penulisan judul abstrak seharusnya ditengah, penulisan keterangan tabel seharusnya sejajar dengan tabel(rata kiri).

Penulisan Rujukan/daftar pustaka sudah sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Opini saya : Penulis tidak mengerucutkan masalah yang akan dibahas pada makalah dalam bagian pendahuluan, namun justru memaparkan teori. Hal ini menyulitkan pembaca mengaitkan latar belakang maslah dan pembahasan. Isi pembahasan yang dipaparkan penulispun terpotong – potong dan bukan merupakan rangkaian yang utuh. Sehingga dibagian penutup kesimpulan yang dihasilkan tidak dapat menjawab masalah yang disampaikan (tidak terdapat solusi). Penyampaian abstrak dalam bahasa asing juga menyulitkan pembaca, dan akan lebih baik jika abstrak ditulis dalam dua bahasa.

Tugas 2 Bahasa Indonesia 2

SOAL BAHASA INDONESIA 2 YANG HARUS DIUPLOAD

(BULAN TUGAS BULAN APRIL)

Kerjakan soal berikut dalam kelompok (maksimal 3 orang). Setelah selesai tugas harus diupload di student site masing-masing.

1.      Dalam urutan sebab-akibat, penulis memulai proses kreatif menulis  dengan  membicarakan permasalahan yang menyebabkan terjadinya masalah yang lain. Jelaskan pernyataan tersebut!

Jawab:

Segala sesuatu berasal dari sebab dan kondisi. Sebagai contoh, “Kecambah berasal dari biji atau benih dan pertumbuhannya tergantung pada tanah, kelembaban, suhu dan matahari. Jika terdapat suatu kondisi yang kurang, maka kecambah tersebut tidak akan dapat tumbuh.”, “Nyala lampu minyak tergantung dari sumbu dan minyak, sehingga apabila sumbunya telah terbakar semua atau minyaknya telah habis, maka nyala lampu tersebut akan padam.”.  Hukum suatu masalah adalah ada sebab pasti akan ada akibat. Hal inilah yang menyebabkan penulis biasanya menjabarkan suatu masalah yang menjadi penyebab yang kemudian dirangkai dengan kondisi yang ada dan ditutup dengan suatu akibat.

2.      Deskripsi merupakan sebuah karangan yang mengajak pembacanya untuk dapat mendengar, melihat dan merasakan secara langsung. Jelaskan pengertian deskripsi dan uraiakan pernyataan di atas disertai contoh yang jelas!

Jawab:

Deskripsi adalah satu teknik menulis menggunakan detail dengan tujuan membuat pembaca seakan-akan berada di tempat kejadian, ikut merasakan, mengalami, melihat dan mendengar mengenai satu peristiwa atau adegan. Menulis deskripsi bisa membuat karakter yang digambarkan lebih hidup gambarannya di benak pembaca.

Contoh :

Tepat pukul 06.00 aku terbangun, diiringi dengan suara-suara ayam yang berkokok seolah menyanyi sambil membangunkan orang-orang yang masih tertidur. Serta dapat ku lihat burung-burung yang berterbangan meninggalkan sarangnya untuk mencari makan. Dari timur sang surya menyapaku dengan malu-malu untuk menampakkan cahayanya. Aku berjalan kehalaman depan rumah tepat dihadapan ku ada sebuah jalan besar untuk berlalu lintas dari kejauhan terlihat sawah-sawah milik para petani yang ditanami padi masih berwarna hijau terlihat sangat sejuk, indah, dan damai. Dari kejauhan pula terlihat seorang petani yang sedang membajak sawahnya yang belum ditanami tumbuhan, dan ada juga petani yang sedang mencari rumput untuk makanan binatang peliharaannya seperti kambing, sapi, dan kerbau. Didesa ku rata-rata penduduknya berprofesi sebagai petani.

3.      Dalam bab pertama pendahuluan dari sebuah laporan meliputi perumusan masalah yang hendak dipaparkan dalam laporan. Buatlah ide penelitian dan tulis perumusan masalah secara jelas.

Jawab:

Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa.

Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga sebagai research problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.

Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam kegiatan penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang menyatakan bahwa kegiatan melakukan perumusan masalah, merupakan kegiatan separuh dari penelitian itu sendiri.

Cara merumuskan masalah:

1.      Masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan

2.      Rumusan masalah hendaknya padat dan jelas

3.      Rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah

4.      Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis

5.      Masalah harus menjadi dasar dalam membuat judul penelitian

Ide Penelitian : Sistem Pelayanan Rumah Sakit terintegrasi

Perumusan Masalah :

Pasien yang melakukan pemeriksaan pada suatu rumah sakit sering kali mengeluh tentang lambatnya pelayanan atau panjangnya birokrasi yang harus dilalui. Sebagai contoh, pada saat pasien datang dan melakukan pendaftaran, dokter tidak dapat secara langsung membuka data pasien melalui sistem untuk mengetahui riwayat penyakit, menulis hasil rekam medis dan menulis resep obat yang harus diminum oleh pasien. Hal ini dikarenakan sistem rumah sakit yang belu terintegrasi, sehingga dokter harus menggunakan kertas Rekam Medis untuk mencatat diagnosa dan menggunakan kertas resep untuk menuliskan obat yang harus dibeli pasien. Kemudian, pasien harus kembali mengantri untuk melakukan pembayan obat dan jasa pemeriksaan dan masih harus menunggu pembuatan obat. Bayangkan berapa lama waktu yang diperlukan pasien untuk melakukan pemeriksaan sampai dengan mendapatkan obat dan berapa banyak kertas yang dibutuhkan suatu rumah sakit. Untuk itu, diperlukan sebuah sistem pelayanan yang terintegrasi antar bagian rumah sakit.

Selesaikan soal silogisme di bawah ini :

4.  a. Premis My : Semua negara di Asia Tenggara yang sedang berkembang tergabung   dalam ASEAN

Premis Mn  : Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang di Asia

b. My : Beberapa nelayan memiliki perahu bermotor

Mn : Beberapa tengkulak memiliki perahu bermotor

Kesimpulan yang dapat diambil dari premis diatas adalah……

Jawab:

a) Indonesia tergabung dalam ASEAN.

b) Beberapa tengkulak adalah nelayan.

  1. Karena kakak mengidap penyakit maag, maka kakak tidak boleh makan makanan yang asam.
  2. Karena mengidap penyakit lever, ayah tidak boleh makan hidangan yang berlemak.

Jelaskan pernyataan kalimat di atas dalam konsep berpikir induktif!

Jawab:

Kalimat induktif adalah kalimat yang dimulai mengemukakan hal-hal yang khusus kemudian diakhiri dengan kesimpulan yang umum. Gagasan utama terletak pada akhir kalimat. Ciri-ciri kalimat induktif adalah bisa berupa pendapat, pernyataan, definisi dan kesimpulan letaknya diakhir paragraph.

a)      Pada kalimat pada poin a, “kakak mengidap penyakit maag” merupakan kalimat khusus, kalimat tersebut kemudian digeneralisasikan menjadi akibat yaitu : “kakak tidak boleh makan makanan yang asam”  yang merupkan kalimat umum, artinya semua makanan yang asam tidak boleh dimakan oleh orang yang memiliki penyakit maag.

b)      Pada kalimat pada poin b, “Karena mengidap penyakit lever” merupakan kalimat khusus, kalimat tersebut kemudian digeneralisasikan menjadi akibat  yaitu : “ayah tidak boleh makan hidangan yang berlemak”, artinya semua makanan yang berlemak tidak boleh di makan oleh ayah (kalimat umum).

6.   Misalnya Anda mengemukakan gagasan bahwa tinggal di daerah kumuh tidak baik bagi kesehatan. Gagasan yang dilengkapi dengan keterangan dan informasi ini menggunakan metode  induktif.

Rancang latar belakang, lingkup permasalahan dan  tujuan penelitian pada ide tersebut!

Jawab:

Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.

Masalah Kesehatan di Daerah Kumuh

I. Latar Belakang

Jakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki banyak pemukiman kumuh. Hal ini dikarenakan padatnya jumlah penduduk yang tinggal dan bermukim di Jakarta yang mayoritas adalah warga pendatang. Pada awalnya para pendatang tersebut berniat untuk mengadu nasib di Ibu kota negara ini, akan tetapi kemampuan dan keterampilan yang mereka miliki tersebut tidak dapat memenuhi kualifikasi kebutuhan tenaga kerja yang dicari, selain terbatasnya jumlah lapangan pekerjaan di Ibu kota. Akibatnya, para pendatang yang tidak memiliki perkerjaan dan uang itupun hidup menggelandang dan tinggal seadanya. Hal tersebut menyebabkan bermunculannya pemukiman kumuh di beberapa daerah di Jakarta yang lama kelamaan menjadi daerah kumuh.

Diare, muntaber dan masalah kesehatan lain khususnya yang berkaitan dengan kebersihan sudah menjadi hal yang biasa muncul di daerah tersebut. Tidaklah mengherankan, jika angka harapan hidup di daerah tersebut sangatlah rendah. Hal ini menjadi wajar, karena pada umumnya tidak ada tempat sanitasi seperti MCK yang layak pada daerah kumuh, sehingga sering menimbulkan masalah kesehatan. Masalah kesehatan merupakan salah satu masalah utama yang muncul pada daerah kumuh.

II. Lingkup Permasalahan

Untuk dapat mengatasi berbagai masalah kesehatan yang muncul pada daerah kumuh tersebut perlu dilakukan sebuah penelitian yang akan menganalisa hal – hal sebagai berikut :

1. Dampak tinggal di daerah kumuh;

2. Rekomendasi pemecahan masalah daerah kumuh.

III. Tujuan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah mengatasi masalah kesehatan masyarakat dan meningkatkan harapan hidup masyarakat Jakarta pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

7. Identifikasi kesalahan pada pernyataan di bawah ini dalam konsep berpikir deduktif!

a.   Semua pelaku kejahatan adalah korban rumah tangga yang

b.  Saya tidak pandai berenang. Hampir semua anggota keluarga saya tidak dapat berenang.

Jawab:

Kalimat deduktif adalah pernyataan yang dimiliki dengan mengemukakan hal yang umum kemudian disusun dengan uraian yang khusus. Gagasan utama terdapat pada awal kalimat. Ciri-ciri kalimat deduktif adalah kalimat bias berupa pendapat, pengadaan, atau definisi, letaknnya diawal paragraph. Contohnya, Masjid Alhambia di Spanyol termashur ke penjuru dunia karena keindahan arsitekturnya.

a)      Kalimat pada point A tidak lengkap.

b)      Kalimat pada point B tidak menggunaka konsep berpikir deduktif karena pernyataannya dimulai dari hal khusus (Saya tidak pandai berenang), kemudian baru disusul oleh hal umum (Hampir semua anggota keluarga saya tidak dapat berenang). Sedangkan pada kalimat deduktif seharusnya di mulai dari hal umum kemudian disusul dengan pernyataan khusus.

DIAH EKANINGTYAS   (18110052)

MIRZA                                     (18110065)

EDI SUMARAHADI         (18110055)

Kalimat Preposisi

Jawaba Bahasa Indonesia (Februari 2011)

Kelompok : Diah Ekaningtyas (18110052)

Edi Sumarahadi (18110055)

Mirza (18110065)

  1. Buat kelompok maksimal 3 mahasiswa dan diskusikan soal dengan rekan satu kelompok

I.                                           Tentukan bentuk proposisi yang tepat pada pernyataan di bawah ini!

–          Bahasa adalah sarana penalaran

Merupakan bentuk preposisi Affirmasi Universal (A) yang berarti mengiyakan preposisi untuk kuantifikator yang bersifat universal (seluruh kelas subjek bahasa), karena semua kelas bahasa merupakan saranan penalaran baik bahasa verbal ataupun bahasa non verbal.

–          sifat kuantitatif matematika meningkatkan daya prediksi ilmu.

Merupakan bentuk preposisi Negatif Universal (E) yang berarti menyangkal preposisi untuk kuantigikator yang bersifat universal (seluruh kelas subjek  sifat kuantitatif matematika), karena tidak seluruh sifat kuantitatif maatematika dapat meningkatkan daya prediksi ilmu.

–          Bagaimana peranan bahasa dalam proses penalaran?

Bukan merupakan preposisi, merupakan kalimat tanya yang tidak dapat diuji kebenarannya, sehingga tidak dapat diambil suatu kesimpulan.

–          Semoga saja penelitian ini berhasil!

Bukan merupakan preposisi, merupakan kalimat seru yang tidak dapat diuji kebenarannya, sehingga tidak dapat diambil suatu kesimpulan.

 

II.  Temukan kalimat abstrak dalam bahasa logika predikat untuk kalimat bahasa manusia berikut ini :

a. Untuk semua manusia, tidak ada manusia yang abadi

– Predikat dari pernyataan tersebut adalah :  manusia, abadi;

– Kalimat abstrak :  ”tidak ada manusia”.
b. Socrates adalah manusia

– Predikat dari pernyataan tersebut adalah :  manusia;

– Kalimat abstrak :  ”adalah manusia”.
c. Jika socrates adalah manusia dan Untuk semua manusia, tidak ada manusia yang abadi maka socrates tidak abadi.

– Predikat dari pernyataan tersebut adalah :  manusia, abadi, socrates;

– Kalimat abstrak :  ”tidak ada manusia” dan ”maka socrates”.
d. Jika semua bilangan prima adalah bilangan ganjil maka beberapa bilangan genap adalah bilangan prima.

– Predikat dari pernyataan tersebut adalah :  bilangan, genap, prima;

– Kalimat abstrak :  ”bilangan genap adalah bilangan prima”.



PERKEMBANGAN BAHASA DAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN ILMIAH

PERKEMBANGAN BAHASA DAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN ILMIAH

Oleh Diah Ekaningtyas

 

(1)Bahasa dan multimedia memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran ilmiah. Keduanya merupakan alat untuk mengkomunikasikan setiap materi ataupun informasi dalam suatu pembelajaran ilmiah. Hubungan keduanya pun yang tidak dapat dipisahkan. Penggunaan bahasa dalam multimedia merupakan hal yang mutlak diperlukan mengingat multimedia merupakan keterpaduan teknologi informasi dengan teknologi komunikasi. Bahasa dapat menyampaikan segala informasi kepada pencari informasi. Multimedia dapat membahasakan suatu pelajaran ilmiah dengan lebih komunikatif dan interaktif secara visual dengan berbagai grafis, efek suara dan teks, sehingga informasi yang ingin disampaikan dapat lebih mudah dipahami dan menyenangkan.

Perkembangan bahasa dan multimedia dalam pembelajaran ilmiah saat ini cukup pesat, dibuktikan dengan banyaknya perusahaan yang menawarkan berbagai multimedia dengan berbagai bahasa sebagai alat pembelajaran. (2) Berbagai software dan CD Interaktif dengan format multimedia yang menarik dan bahasa ringan banyak ditawarkan untuk berbagai materi pembelajaran. Sebagai contoh, software SMARTLAB (Lab. Bahasa Multimedia Wireless System) dan CD Interaktif “Belajar Bahasa Jepang Nihon Go!” dari Red Apple Design yang diterbitkan oleh Elex Media Computindo. CD tersebut memudahkan kita untuk mengenal dan mempelajari Bahasa Jepang yang disertai dengan permainan dan kartu hafalan yang menarik. Tidak hanya mempelajari bahasa, banyak pula CD Interaktif untuk mempelajari berbagai mata pelajaran, design grafis, pemrograman, dan lain sebagainya.  Selain CD, internet juga merupakan salah satu media pengembangan multimedia dalam pembelajaran ilmiah yang interaktif. Banyak dijumpai berbagai situs pembelajaran berupa gambar, video, suara dan konten-konten interaktif yang menarik pencari informasi.

(3)Berbagai software dan aplikasi tersebut telah membuat perubahan pada kebiasaan masyarakat. Masyarakat menjadi senang untuk mempelajari sesuatu dengan multimedia daripada membaca materi berupa buku teks pelajaran. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan penjualan buku teks. Peningkatan minat baca masyarakat terhadap pembelajaran ilmiah juga merupakan salah satu indikasi meningkatnya pengetahuan masyarakat. Hal tersebut didukung dengan kemudahan dalam pencarian informasi tersebut. Selain itu, tingkat kreatifitas masyarakatpun meningkat. Hal ini ditandai dengan makin banyaknya program interaktif yang dapat dihasilkan generasi muda khususnya dalam pembelajaran ilmiah dan dapat dijadikan sebagai ajang bisnis. Namun, berbagai perkembangan tersebut tidak hanya menimbulkan dampak positif. (4) Pembajakan merupakan dilemma utama yang terjadi dalam masyarakat. Selain merugikan produsen, pembajakan menandai kurangnya penghargaan masyarakat terhadap hasil karya orang lain. Pemerintah diharapkan dapat membuat sistem yang melindungi hak cipta, penggunaan bahasa dan multimedia.

(1)Optimalisasi bahasa dan multimedia dalam pembelajaran ilmiah merupakan salah satu cara peningkatan kualitas pendidikan. Tidak hanya sebatas penggunaan CD Interaktif, penggunaan software multimedia perlu ditingkatkan penerapannya di sekolah – sekolah. Selain itu, perlu adanya suatu sistem yang dapat mengorganisir perkembangan bahasa dan multimedia dalam pembelajaran ilmiah, sehingga variasinya dapat lebih ditingkatkan dan target penggunanya dapat lebih diperluas. Penghentian pembajakan dapat dilakukan dengan memberikan software ataupun aplikasi multimedia tersebut secara cuma – cuma dengan dukungan pemerintah.

Hidup dan kehidupan

Kusadari saat angin mulai berhembus…

Menyibak rambutku, dan meniupkan kesejukan dihatiku…

Ditengah terik mentari ku melangkah..

Setapak demi setapak kuayunkan langkahku…

Sesekali ku terhenti…

Kulihat sekelilingku dan kudapati diriku telah melangkah jauh

Banyak yang telah datang padaku,

Banyak pula yang telah meninggalkanku..

Banyak yang mengacuhkanku,

Banyak pula yang mencintaiku..

Ketika aku dan hidupku menyatu,

Maka hanya waktu yang kudapati berlalu

Inginku membuatnya kembali tapi hampa kudapati…

Waktu takkan kembali..

oleh Diah Ekaningtyas

REMUNERASI SEBAGAI PENGHARGAAN KINERJA PEGAWAI PEMERINTAH

REMUNERASI SEBAGAI PENGHARGAAN KINERJA PEGAWAI PEMERINTAH

oleh Diah Ekaningtyas

ABSTRAK

Remunerasi merupakan suatu penghargaan yang diberikan pemerintah atas kinerja suatu pegawai pada suatu instansi pemerintah berupa tambahan tunjangan gaji. Namun, penerapan remunerasi ini sering dinilai tidak efektif mengubah budaya kerja pegawai dan menimbulkan kesenjangan sosial antar instansi pemerintah. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan terhadap kriteria penilaian remunerasi dan tentang kaitannya terhadap kinerja pegawai perintah itu sendiri.

Kata kunci : Reminerasi, kinerja dan budaya organisasi.

  1. I. PENDAHULUAN

Keluhan masyarakat terhadap kualitas pelayanan birokrasi publik sebagian besar instasi pemerintah masih sering muncul saat ini. Hal tersebut menandakan buruknya citra birokrasi pemerintah. Reformasi Birokrasi merupakan salah satu cara Pemerintah dalam membenahi citra buruk dari birokrasi pemerintah yang korup sehingga dapat menciptakan aparatur Negara yang Bersih, Efektif, Efisien, Produktif, dan Sejahtera (BEEPS).

Didalam UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025, Bab IV butir 1.2 menyebutkan :

Pembangunan aparatur Negara dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur Negara dan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, di pusat maupun daerah, agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan di bidang – bidang lainnya”.

Berdasarkan Undang – undang tersebut, Reformasi Birokrasi mulai dilakukan di berbagai instansi pemerintah baik pusat maupun daerah.

Lebih lanjut menurut Marli Dahyaridi (2008), Reformasi Birokrasi pada dasarnya mencakup 3 (tiga) program besar yakni :

  1. 1. Reformasi Birokrasi, merupakan usaha pembenahan profesionalisme pegawai negeri, sistem kepegawaian nasional, rasionalisasi jumlah pegawai negeri, penerapan reward & punishment system, dan penataan hubungan antara birokrasi dengan partai politik;
  2. 2. Reformasi Institusi, merupakan usaha pembenahan dan pembentukan institusi pemerintah yang efektif, efisien, produktif dan berorientasi kinerja;
  3. 3. Reformasi Sistem Manajemen Keuangan, merupakan usaha pembenahan sistem manajemen keuangan pemerintah mulai dari aspek perencanaan, pelaksanaan hingga pasca pelaksanaan, termasuk sistem pelaporan keuangan yang efisien, efektif, dan berdasarkan prinsip tata kelola yang baik.

Reformasi Birokrasi pertama kali dilaksanakan melalui Reformasi Remunerasi dengan menunjuk Kementerian Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan dan Mahkamah Agung sebagai Pilot Project Reformasi Remunerasi.

Reformasi Remunerasi merupakan penghargaan (reward) kinerja pegawai pemerintah berupa tambahan tunjangan kinerja pegawai diluar gaji pokok dengan standar tertentu. Namun, pembentukan aparatur negara yang bersih, efektif, efisien, produktif, dan sejahtera melalui remunerasi belum dapat terukur efektifitasnya.

Remunerasi yang telah diterapkan pada beberapa Instansi Pemerintah tersebut di atas menyebabkan Instansi Pemerintah yang lain berlomba untuk dapat masuk dalam antrian instansi yang akan mendapat remunerasi selanjutnya. Hal ini mengindikasikan terjadinya kesenjangan sosial diantara pegawai pemerintah tersebut. Sebagai contoh, pendapatan pegawai Instansi Pemerintah yang telah mendapatkan remunerasi untuk golongan II (dua) mencapai Rp. 3 juta per bulan, sedangkan pegawai dengan golongan yang sama pada Instansi Pemerintah yang belum mendapatkan remunerasi hanya sebesar Rp. 1,5 juta. Padahal belum tentu pegawai dengan gaji Rp. 3 juta per bulan tersebut memiliki kinerja yang lebih baik dari pada pegawai yang mendapatkan gaji Rp 1,5 juta per bulan. Hal tersebut dapat dikarenakan kinerja mereka tidak terukur dan tidak adanya prosedur yang jelas dalam pengukuran kinerja.

  1. II. KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Pada bagian ini membahas Budaya Organisasi, Kinerja, dan Remunerasi.

  1. Budaya Organisasi

Budaya organisasi atau budaya perusahaan adalah nilai, norma, keyakinan, sikap dan asumsi yang merupakan bentuk bagaimana orang-orang dalam organisasi berperilaku dan melakukan sesuatu hal yang bisa dilakukan. Nilai adalah apa yang diyakini bagi orang-orang dalam berperilaku dalam organisasi. Norma adalah aturan yang tidak tertulis dalam mengatur perilaku seseorang (Muhammad Baitul Alim, 2010).

Budaya organisasi kemudian berkembang menjadi budaya kerja yang meliputi kedisiplinan, sikap dan perilaku serta efektifitas jam kerja pegawai dalam suatu organisasi/institusi.

  1. Kinerja

Lawler dan porter ( 1967 ), yang menyatakan kinerja adalah kesuksesan seseorang dalam melaksanakan tugas. Prawirosentono ( 1999 ), mengemukakan kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Dalam perspektif model harapan, kinerja merupakan fungsi dari kemampuan dan motivasi ( Gibson et al, 1985:185 ).

Sedangkan penegertian Kinerja pegawai menurut Bambang Kusriyanto yang dikutip oleh Harbani Pasolong dalam bukunya “Teori Administrasi Publik” adalah “Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi”. (Pasolong, 2007:175)

  1. Remunerasi

Remunerasi adalah merupakan imbalan atau balas jasa yang diberikan perusahaan kepada tenaga kerja sebagai akibat dari prestasi yang telah diberikannya dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa keberadaannya di dalam suatu organisasi perusahaan tidak dapat diabaikan begitu saja. Sebab, akan terkait langsung dengan pencapaian tujuan perusahaan. Remunerasi yang rendah tidak dapat dipertanggungjawabkan, baik dilihat dari sisi kemanusiaan maupun dari sisi kelangsungan hidup perusahaan.

Secara teoritis dapat dibedakan dua sistem remunerasi, yaitu yang mengacu kepada teori Karl Mark dan yang mengacu kepada teori Neo-klasik. Kedua teori tersebut masing-masing memiliki kelemahan. Oleh karena itu, sistem pengupahan yang berlaku dewasa ini selalu berada diantara dua sistem tersebut. Berarti bahwa tidak ada satupun pola yang dapat berlaku umum. Yang perlu dipahami bahwa pola manapun yang akan dipergunakan seyogianya disesuaikan dengan kebijakan remunerasi masing-masing perusahaan dan mengacu kepada rasa keadilan bagi kedua belah pihak (perusahaan dan karyawan).

III. PEMBAHASAN

Kinerja Pegawai pada salah satu instansi pemerintah diukur berdasarkan 2 (dua) aspek yaitu kedisiplinan dan pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi. Aspek disiplin memiliki bobot sebesar 60%, dan pelaksanaan Tupoksi sebesar 40%. Perbandingan bobot aspek disiplin yang lebih besar dibanding pelaksanaan tupoksi didasarkan pada penilaian disiplin pegawai yang masih kurang. Pegawai negeri masih memiliki citra buruk, yaitu datang siang pulang cepat, sering meninggalkan pekerjaan saat jam kerja, atau datang hanya untuk membaca surat kabar. Citra buruk tersebut dalam kenyataannya memang benar adanya pada beberapa unit bagian, namun pada umumnya hal tersebut terjadi pada pegawai – pegawai senior yang kurang memiliki semangat untuk belajar sesuatu yang baru. Sebagai contoh, banyak pegawai senior yang tidak dapat mengoperasikan komputer, hal ini sangat menghambat kinerja, karena sebagian besar pekerjaan saat ini dikerjakan menggunakan komputer. Meskipun demikian, pada umumnya mereka tidak ada keinginan belajar, sehingga atasan tidak dapat memberikan pekerjaan pada mereka. Hal tersebut berdampak pada beban kerja yang tidak berimbang antar pegawai pada suatu unit. Pegawai “baru” yang memiliki kemampuan mengoperasikan komputer dan berbahasa asing pada umumnya mendapat pekerjaan yang berlimpah, bahkan menyebabkan jam kerjanya melebihi jam kerja normal (produktifitas tinggi). Sangat ironi melihat sejumlah pegawai sangat sibuk oleh pekerjaannya yang tak kunjung usai, sisi lain pegawai lain duduk santai membaca surat kabar dan saling bercengkrama.

Produktifitas tinggi pada instansi yang sudah mendapat remunerasi dinilai dan diberikan penghargaan berupa tunjangan remunerasi, namun hal tersebut tidak terjadi pada instansi yang belum mendapat remunerasi. Tunjangan remunerasi tersebut diharapkan dapat menggerakkan pegawai – pegawi yang kurang produktif untuk lebih aktif memperbaiki diri sehingga mendapatkan tugas/pekerjaan dari atasannya. Namun, pada instansi yang sudah memiliki remunerasipun dalam kenyataannya masih terdapat pegawai yang tidak produktif. Sebagian besar dari mereka merasa sudah tidak mampu memperbaiki diri dan pasrah dengan keadaan yang ada. Tuntutan produktifitas dan disiplin yang tinggi menyebabkan mereka merasa terlalu “tua” untuk mengejarnya. Pada umumnya hal tersebut terjadi pada pegawai yang sudah mendekati masa pensiun.

Remunerasi idealnya memang ditujukan untuk meningkatkan produktifitas dan kedisiplinan serta mengubah budaya kerja pegawai. Hal tersebut tidaklah mudah. Penerapan sistem remunerasi memerlukan pengawasan atasan langsung dalam menilai kinerja pegawai di bawahnya. Jika tidak maka banyak pegawai yang “mencari – cari” cara untuk mendapatkan remunerasi tersebut.

Salah satu Instansi pemerintah di Jakarta telah berupaya memenuhi persyaratan remunerasi yang telah ditetapkan Tim Independen Remunerasi. Instansi tersebut telah membuat beberapa prosedur efisiensi pelayanan berupa percepatan pelayanan publik, perbaikan informasi public, serta berbagai tools penunjang untuk dapat mengukur kinerja pegawai, dan kinerja  unit kerja di bawahnya. Diawali dnegan merubah sistem perencanaan yang menggunakan berbagai tools manajemen seperti Balanced Score Card, menyusun KPI (Key Performance Indikator), dan membentuk sub bagian manajemen kinerja pegawai sebagai tim penilai dan pengawas kinerja.

Tim penilai dan pengawas kinerja harus dapat menerapkan aspek – aspek penilaian kinerja secara objektif. Aspek – aspek penilaian kinerja yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja menurut Bernardin dan Russel ( 1995 : 383 ) yaitu:

  1. Quality, Merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan.
  2. Quantity, merupakan jumlah yang dihasilkan, misalnya jumlah rupiah, unit, siklus kegiatan yang dilakukan.
  3. Timelinness, merupakan sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada waktu yang dihendaki, dengan memperhatikan koordinasi output lain serta waktu yang tersebut untuk kegiatan orang lain.
  4. Cost effectiveness, merupakan tingkat sejauh mana penggunaan sumber daya organisasi ( manusia, keuangan, teknologi, dan material) dimaksimlkan untuk mencapai hasil tertinggi atau pengurangan kerugian dari setiap unit penggunaan sumber daya.
  5. Need for supervision, merupakan tingkat sejauh mana seorang pekerja dapat melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seseorang supervisor untuk mencegah tindakan yang kurang diinginkan.
  6. Interpersonal impact, merupakan tingkat sejauh mana pegawai memelihara harga diri, nama baik, dan kerja sama diantara rekan kerja dan bawahan.

Diharapkan dengan sistem yang telah terbentuk tersebut budaya kerja pegawai instansi pemerintah dapat berubah dan memperoleh penghargaan lebih atas kinerja mereka melalui penerapan tunjangan remunerasi.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Tunjangan remunerasi yang telah diterapkan di beberapa instansi pemerintah hendaknya di tinjau kembali efisiensi dan efektifitasnya mengingat beban kerja yang tidak merata.

Ibu..

Saatku membuka mataku,

Kusadari kau tak ada lagi disisiku..

Meski kau telah bahagia menatapku

Namun ku merindukanmu…

Sentuhanmu…

Nasihatmu…

Pelukan hangatmu…

Kini tak lagi dapat kurasakan…

Aku sungguh merindukanmu…

Kelak suatu hari kuingin kembali bersamamu..

Berjalan – jalan bersama menatap indahnya keagungan Sang Maha Kuasa..

oleh Diah Ekaningtyas

Hidupku dan Cintaku…

Bukan salahku jika rasa itu muncul…

Bukan salahku saat aku melepaskannya…

Dan bukan salahku atas hidupku…

Aku tak pernah memintanya…

Dan aku tak pernah memilih atas nya…

Ku tak tahu, kapan ia datang padaku…

Dan kapan ia pergi dariku

Ku tak pernah meminta apapun atas hidupku..

Hidupku dan cintaku hanyalah bagai tinta di atas kertas.

oleh  Diah Ekaningtyas

« Older entries