Oleh Diah E.
(Analisis Film)
Cinta merupakan suatu perasaan alamiah yang dimiliki manusia sebagai kodatnya untuk menyenangi sesuatu. Dimasa remaja, cinta merupakan suatu hal yang sangat menyenangkan, namun tidak semua remaja yang berpacaran merasakan merasakan kebahagiaan dan ketenangan bersama dengan pasangannya.Hal itu disebabkan karena adanya kekerasan dalam berpacaran. Seperti contoh kasus berikut :
Melati dan Joko adalah sepasang remaja yang sedang berpacaran. Melati adalah seorang mahasiswi yang bekerja paruh waktu pada sebuah perusahaan. Ia berasal dari kerluarga yang sangat sibuk sehingga kurang mendapat perhatian dari keluarga sehingga ia selalu merasa kesepiaan sampi akhirnya ia mengenal Joko dari sahabatnya. Pada awalnya kebersamaan mereka merasa begitu menyenangkan meskipun hubungan tersebut tidak disetujui oleh orang tua Melati, sampai suatu saat Melati mendapat perlakuan kasar (dipukul dan didorong) dari Joko hanya dikarenakan ia tidak bisa menemani Joko untuk berjalan – jalan ketika ia sedang bekerja. Itu merupakan awal kekasaran Joko, namun ia minta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya. Melati pun memaafkannya karena simpatinya kepada Joko yang sering melihat ayahnya memukul ibunya disaat marah. Ia berharap perlahan – lahan Joko dapat berubah.
Tidak hanya kekerasan fisik yang diterima Melati, lambat laun ia pun mengalami kekerasan ekonomi. Joko sering meminta melati untuk memberikan barang – barang ataupun makanan yang mahal yang Joko suka, seperti suatu saat ketika Joko meminta Melati untuk membayarkan Handphone yang ingin ia beli dari seorang teman dengan harga 5juta rupiah. Ketika Melati menolak, Joko pun memarahinya sehingga Melatipun memutuskan untuk menurutinya. Bukan hanya itu, Joko pun tidak menyukai Melati dekat dengan siapapun apalagi lelaki. Kecemburuan Joko membuat Melati mendapat lebih banyak perlakuan kasar, pernah suatu saat hingga dia disiram air di kamar mandi, dipukul, dimaki dijambak dan banyak lagi, tetapi Melati tetap memaafkannya dan masih berharap Joko berubah sehingga mereka bisa memulai hubungan baru. Namun, harapan itu hanya sebatas harapan setiap kali marah Joko selalu bertindak kasar hingga suatu saat melati tidak sanggup lagi dan bercerita kepada Sahabat lelakinya. Tetapi hal tersebut tidak menolongnya , Ia tetap mendapat perlakuan kasar dari Joko sampai akhirnya Melati memutuskan untuk lari dari Joko.
Kisah Melati dan Joko tersebut merupakan suatu fenomena sosial yang jarang kita sadari. Wanita sering menjadi korban kekerasan tersebut karena kelembutan hatinya dan cintanya khususnya remaja yang masih labil.
Remaja (pemuda/pemudi) merupakan sosok yang masih labill. Proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian, serta penyesuaian diri secara jasmaniahdan rohaniah sejak dari masa kanak-kanak sampai usia dewasa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti keterbelakangan mental, salah asuh orang tua atau guru, pengaruh negatif lingkungan. Hambatan tersebut memungkinkan seorang remaja melakukan kenakalan atau meniru perlilaku orang tuanya. Seperti kondisi Joko yang selalu melihat ayahnya memukul ibunya ketika marah merupakan salah satu kesalahan sosialisasi orang tua kepada sang anak sehingga membekas pada psikologisnya dan membuat kecenderungan ia melakukan ha yang serupa ketika ia marah. Demikian pula dengan Melati, kesibukan orang tua dan keluarga membuat ia merasa kesepian dan ingin mencari sosok seseorang yang dapat memperhatikannya dan selalu menemaninya. Sehingga ketika Joko melakukan kekerasan kepadanya ia masih merasa takut melepas Joko, karena ketakutannya untuk merasa kesepian.
Peran orang tua dalam perkembangan pemuda/pemudi dalam lingkungan sosial merupakan hal paling penting dan berat. Kesalahan dalam pola pendidikan dan perhatian dapat membuat jiwa pemuda/pemudi tersebut menjadi salah arah. Perlu adanya sosialisasi sedari dini terhadap lingkungan sosial dalam bertindak dan berperikaku didalamnya.
Dalam kasus Melati dan Joko tersebut seharusnya :
- Melati dapat menjadi diri sendiri, tidak perlu mengikuti arus yang berlalu. Dengan demikian, ia lebih dapat memutuskan yang terbaik bagi dirinya dan tidak ada lagi ketakutan akan perasaan kesepian atupun ditinggalkan;
- Melati harus berani mengatakan “TIDAK”. Dengan menjadi diri sendiri tersebut, ia dapat memutuskan yang mana hal masih dapat ditorerir dan yang tidak. Ketika suatu masalah sudah tidak dapat ditorerir maka katakan “TiDAK” dapat memutuskan Melati dari penyiksaan yang dia alami;
- Komunikasi dengan keluarga/sahabat/orang terdekat dapat meringankan beban pikiran dan perasaan kita. Mereka juga dapat membantu memberikan saran dan solusi atas masalah yang kita hadapi sehingga Melati tidak perlu mendapat penyiksaan yang berlarut – larut karena orang – orang terdekatnya berupaya melindunginya;
- Melati dapat melaporkan kekerasan tersebut kepada pihak berwajib karena telah melanggar undang – udang hukun perdata;
- Joko seharusnya mendapat pembinaan psikologis dari sang ahli untuk menghilangkan kebiasaannya untuk menyakiti orang lain disaat ia marah;
- Orang tua Joko pun seharusnya menyadari bahwa perbuatan mereka menyebabkan anaknya mengalami gangguan psikologis yang merugikan orang lain, sehingga mereka sadar dan berusaha berubah;
Dengan bantuan dari berbagai pihak tersebut, diharapkan kasus kekerasan dalam berpacaran tidak lagi terjadi pada pemuda/pemudi dalam masyarakat sosial, karena cinta adalah kedamaian dan ketentraman bukan dengan kekerasan dan ketakutan.